MEDAN (BJN) - Farid S. Maulana lewat karya tulisannya berjudul 'Jangan Sampai 135 Nyawa Cuma Jadi Angka: Pengingat dari Lagi, Mural, dan QR Art' berhasil terpilih meraih piala Adinegoro 2022 untuk Kategori Jurnalistik Cetak.
Karya terbaiknya itu menjadi headline Jawa Pos edisi 10 November 2022, yang bertepatan peringatan Hari Pahlawan.
Apa yang melatari Farid hingga tercetus mengambil peristiwa berdarah malam 1 Oktober 2022 di Kota Malang, Jawa Timur?
Dalam seminar Anugerah Jurnalistik Adinegoro 2022 yang digelar di Ballroom Grand Mercure, Medan, Selasa (7/2/2023), Farid pun membaginya secara gamblang.
"Ada sebuah tragedi yang memakan korban sampai 135 orang di (event) sepakbola, jadi saya masih berpikir apa ya, saya berpikir ada sosok Iwan Fals yang mengeluarkan lagu Kanjuruhan, ada musisi Malang, Iksan Skuter yang kemudian mengambil Oktober Hitam, jadi saya ingin mengumpulkan itu," ulas Farid mengawali.
Menurutnya, dua karya tersebut cukup untuk dijadikan pengingat monumental kelak nanti, puluhan atau ratusan tahun ke depan, bahwa pernah terjadi tragedi mematikan di negeri tercinta ini.
Street art juga dinilainya berperan penting karena di Kota Malang, tragedi ini perlahan sedikit terkikis dengan banyaknya kegiatan sepakbola sudah berjalan.
"Jadi street art juga berperan penting sebagai pengingat orang-orang yang melewati itu, oh masih ada itu, masih ada yang harus diperjuangkan 135 orang kehilangan nyawanya, beberapa kali saya munculkan," tutur dia, lebih lanjut.
Dalam proses mengumpulkan data, Farid mengaku sejak awal berusaha menjadi teman curhatan hati (curhat) narasumber, terutama dari pihak korban.
"Saya biarkan mereka bercerita, saya tidak sebagai wartawan yang akhirnya menggali informasi dari narsum ya saya sekadar ngobrol, rekaman saya matikan, kemudian kita masuk ke pokok intinya," jelas Farid.
"Kalau saya datang mencari informasi dan mereka keadaannya masih terguncang ya susah. Kita nggak sampai hati," ucapnya pula.
Pengamat media, Asro Kamal selaku juri Kategori Jurnalistik Cetak secara terbuka memuji karya tulisan Farid.
"Sebelum membaca tulisan ini saja, lihat penampilan saja Anda ini Adinegoro, luar biasa," sanjung Asro dalam seminar yang sama.
Setidaknya total 122 karya yang masuk dan telah melewati seleksi awal Panitia Tetap Anugerah Jurnalistik Adinegoro 2022. "Dan kita membaca satu per satu dan tidak mudah untuk memilih satu yang meraih Adinegoro. Persaingannya luar biasa," bebernya.
Asro pun menyebut salah satu karya Andy Riza Hidayat dari Harian Kompas. Andy membuat investigasi tentang praktik permainan di rumah sakit yang memaksa bayi-bayi untuk menggunakan susu formula, bukan Air Susu Ibu (ASI).
"Ada satu lagi ceritanya seorang anak SD harus berjalan lebih dari 10 km ke sekolahnya yang jurang-jurang, sehingga pukul 3 dini hari dia sudah harus pergi ke sekolah. Rasa kemanusiaan kita tergugah. Nah baru kita memilih, ini baru pemenang," kata Asro menjadi juri kategori ini bersama praktisi media Syamsuddin Ch. Haesy dan akademisi Sri Mustika.
Tak dipungkiri, menurut Asro, Farid sudah mengabadikan sejarah lewat karyanya. "Betul saya setuju, mengabadikan sejarah hari ini, besok, 10 tahun, 20 tahun akan datang akan mengingat bangsa ini pernah punya tragedi besar 135 nyawa," ujarnya.
Di situ terselip pula harapan tragedi ini diusut tuntas. Sejatinya memang kekuatan wartawan adalah tulisan dan membuatnya menjadi sejarah. "Jadi selamat Farid, kita memang begitu tidak mudah memilih satu dari sekian banyak karya yang masuk, terima kasih ini luar biasa," ucapnya, mengakhiri. (*)
Sumber : Bunai. PWI Kota Bogor
*** : Deri
Redaksi : Novel Ruchyadi