JAKARTA (BJN) - Seiring dengan meningkatnya kesadaran global akan pentingnya keberlanjutan dan kesehatan, sektor pariwisata Indonesia kini mengambil langkah signifikan untuk mempromosikan Green Tourism dan Wellness. Dengan penerapan standar ramah lingkungan dan fokus pada kesehatan, Indonesia siap menjadi destinasi utama yang mendukung gaya hidup sehat dan berkelanjutan.
Dalam rangka itu, Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif provinsi Daerah Khusus Jakarta menyelenggarakan Seminar dan Bimtek Wellness dan Green Tourism dalam penerapan standard pariwisata di Indonesia.
Seminar ini menghadirkan narasumber Staf Ahli Menteri Kordinator Maritim dan Investasi Bidang Ekonomi Maritim Dr.Ir. Sugeng Santoso, MT, dan sejumlah pakar diantaranya : Annie Savitri S.E.,PgD. IA, Dipl. CIDESCO, Dr. Edi Alpino Rivai Siregar MKK,SpKKLP, dan Fatimah Muthahir B.A.,MC.
Dalam pemaparannya, Sugeng Santoso menekankan, Kebijakan Makro lintas Sektor dilengkapi dengan kebijakan yang terintegrasi antar sektor. Sebagian Kebijakan Teknis Green Industri dan Wellness masih terus berkembang bersma kementrian/ KL di bawahnya, mulai dari kebijakan terkait sumberdaya dan profesi hingga penyusuan kebijakan terkait industrinya untuk membantu pertumbuhan ekonomi Nasional yang ramah lingkungan .
Menurut Sugeng, pelaksana Bidang Pariwisata ini tidak akan mungkin mampu merealisasikan Industri Hijau dengan baik tanpa dukungan sektor lainnya. Ia melanjutkan, Pariwisata Hijau atau Green Tourism adalah bentuk pariwisata yang menekankan pada kelestarian lingkungan, pelestarian budaya lokal, serta pemanfaatan sumber daya secara bertanggung jawab.
Ia juga mengatakan, peluang lain memungkinkan pertumbuhan ekonomi baru melalui pengembangan sektor dan aktivitas sirkular yang inovatif dari ekonominya, termasuk industri berbasis sumber daya alam hayati berkelanjutan.
“Industri yang dimaksud juga mencakup industri pariwisata dan ekonomi kratif, start up dan UMK. Bahkan inovasi anak muda yang kreatif melihat peluang dalam implementasi ekonomi sirkular dan ekonomi hijau,” ujar Sugeng. .
Sementara itu, Annie Savitri memaparkan penerapan kebijakan Green Tourism pada Kementerian Pariwisata Ekonomi kreatif yang sudah mulai tersusun terutama dimulai dari penyusunan kebijakan sumberdaya manusia dengan merumuskan standard Kompetensi kerja sesuai dengan bidang nya dan tersusuk terintegrasi saling mendukung dalam rangka mereliasikan visi Indonesia Emas 2045 dan untuk merealisasikan industri target “Net Zero Emissions (NZE) di 2060.
Kementerian Pariwisata tidak dapat berdiri sendiri dalam menerapkan praktek Green industri serta Kebijakan Wellness Tourism, dimana keberhasilan keduanya sangat tergantung kebijakan yang terintegrasi.
Wellness terintegrasi menjadi materi yang disampaikan pembicara Annie Savitri pada seminar Perkembangan Industri Pariwisata yang difokuskan pada tema Penerapan Wellness dan Green tourism.
Annie mengatakan, Wellness Tourism merupakan pariwisata yang berfokus Bukan hanya pada kesehatan fisik, mental, dan spiritual namun ada 8 dimensi Wellness yang perlu diperhatikan para profesional wellness.
Annie yang juga merupakan Master Asesor Badan Nasional Sertifikasi Profesi mengungkapkan, kebijakan terkait Green Jobs dan Wellness telah disusun oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI dibawah Deputi Sumber Daya dan Kelembagaan.
“Dalam hal ini pemerintah bersama para pemangku kepentingan berupaya menghadirkan destinasi wisata yang tidak hanya indah, tetapi juga berkelanjutan dan mendukung kesejahteraan pengunjung, dan ramah lingkungan,” ujarnya.
Di bawah inisiatif ini, lanjut Annie, Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif provinsi DKI Jakarta menangkap pesan yang sangat esensial dalam penetapan kebijakan untuk mendukung kegiatan Go green dan Go Wellness bagi para professional dan para pelaku industry.
“Upaya ini diharapkan dapat mengadopsi praktik-praktik pengurangan karbon, proses produksi ramah lingkungan dan berorientasi pada Kesehatan. Seperti penggunaan energi terbarukan, pengelolaan limbah yang efisien, serta penyediaan fasilitas kesehatan yang mendukung gaya hidup sehat untuk mencapai ekosistem yang decent work atau kelayakan kerja dan keberlangsungan serta kelestarian lingkungan,” urainya.
Upaya Pemerintah dalam melakukan penerapan wellness dan pariwisata hijau yaitu dimulai dari perumusan Standar kompetensi kerja khusus (SK3) untuk Green Jobs dan Standar kompetensi kerja Nasional Indonesia (SKKNI) No.247 tahun 2024 tentang Wellness Standar Green Tourism dan Wellness yang diterapkan.
Dalam upaya memastikan keberhasilan program ini, berbagai standar Green Tourism disusun dan dimulai dari pemetaan skema okupasi/ jabatan pada Industri Green jobs di Pariwisata. Dari situ ternyata teridentifikasi ada 9 jabatan Green Jobs dan sekitar 21 jabatan untuk bidang Wellness.
Sebagai kelanjutan Dr Edi Alpino dalam paparannya menyampaikan Standard ini sebagian telah diterapkan dan tercermin dalam program-program kunjungan wisata seperti kunjungan wisata untuk tujuan olah raga, kebugaran, meditasi dan rekreasi.
Namun yang perlu lebih diperhatikan Mitigasi Resiko dalam penerapan kebijakan dan praktek kerja di dunia Wellness. Tren Industri Wellness kedepan akan lebih personalized treatment yaitu perawatan-perawatan yang lebih ditujukan pada kebutuhan yang lebih personal yang akan dilihat lebih dalam melalui metode genome analysis.
Genome Analysis misalnya, dijelaskan secara komprehensif oleh Dr Edi Alpino. Menurutnya, proses mempelajari dan menganalisis seluruh materi genetik (genome) dari suatu organisme melibatkan pengurutan DNA (DNA sequencing), identifikasi gen, serta memetakan interaksi genetik dan variasi dalam genom.
Tujuan dari analisis ini adalah untuk memahami bagaimana gen berfungsi, bagaimana variasi genetik dapat mempengaruhi kesehatan, penyakit, serta karakteristik lainnya, juga trend penggunaan augmented reality (AR) terkait modifikasi lingkungan kehidupan nyata melalui fitur digital seperti visual, audio atau elemen sensorik lainnya.
“Kecerdasan Buatan Artificial Inteligent (AI) meningkatkan teknologi ini dengan menawarkan manipulasi lingkungan yang lebih mendalam dan kompleks,” ujarnya.
Menariknya, pada bagian khusus seminar ini peserta diajak langsung membuat penilaian tingkat wellness secara personal yang bertujuan untuk memberikan gambaran proses awal indentifikasi masalah wellness yang mungkin terjadi pada diri sendiri.
Peserta diajak untuk melakukan asesmen mandiri dengan metode penilaian yang disiapkan oleh narasumber. Para peserta akhirnya mendapat kesempatan untuk melakukan aktifitas 8 (delapan) Dimensi Wellness yang nantinya dapat diterapkan secara rutin dan mampu melihat kemajuan progress peningkatan kualitas hidup melalui teknik dan metode sederhana yang diberikan.
Pada kesempatan ini, Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi DKI Jakarta, Andika Permata menyatakan, sinergi antara wellness tourism dan industri hijau tidak hanya akan meningkatkan kualitas destinasi wisata Jakarta, tetapi juga akan mendukung pertumbuhan ekonomi kreatif yang lebih berkelanjutan.
“Kami percaya bahwa masa depan pariwisata Indonesia terletak pada keberlanjutan dan kesejahteraan. Dengan menggabungkan Green Tourism dan Wellness, kami tidak hanya melindungi alam dan budaya kita, tetapi juga memberikan pengalaman wisata yang holistik dan bermakna bagi wisatawan,” ungkapnya.
Melalui kerja sama yang solid antara pemerintah, pelaku industri, dan masyarakat, Andika meyakini pihaknya dapat mencapai tujuan tersebut. Oleh karena itu, Ia mengajak semua pihak terkait untuk berkomitmen, bekerja bersama, dan terus berinovasi dalam memajukan pariwisata berbasis wellness dan industri hijau di Indonesia. (Red)
Sumber. : Heintje G Mandagie
*** : Deri
Redaksi. : Novel Ruchyadi